Senin, 09 Agustus 2010

Surga Neraka Memang Kekal

Posted under: Umum

Menarik sekali apa yang dituangkan oleh Ateng Kusnadi, pengarang buku One-way Ticket To Heaven 5 Rahasia Meraih Sukses Sejati di Dunia & Akhirat. Buku ini mengupas sendi-sendi Islam lewat pengalaman-pengalaman penulis, disertai dengan ayat Al-Quran dan Al-Hadist yang menguatkannya. Buku ini menjadi semakin menarik, karena penulisnya adalah seorang mualaf, yang kini telah menjadi seorang muslim yang insyaAllah mempunyai derajat tinggi disisi Allah, karena telah banyak memberikan pelajaran atau hikmah kepada semua orang, baik lewat buku yang telah diterbitkannya, atau lewat aplikasi nyata seperti menjadi pengusaha yang gemar menyalurkan penghasilannya untuk memberangkatkan orang lain ke tanah suci Mekah.

Dari sekian banyak 'tiket' menuju surga yang dikupasnya lewat buku One-Ticket to Heaven yang enak dibaca ini, diantaranya lewat shalat, zakat, syahadat, dll, Penulis mencoba mengapresiasi salah satu bab yang ada, yaitu mengenai pertanyaan apakah surga dan neraka itu kekal. Mengenai pendapat para ulama apakah manusia nanti di neraka akan disana selamanya atau sementara, menarik untuk dikaji.

Penulis - dan kita semua - yakin, bahwa hidup di dunia ini bagaikan transit atau tempat singgah saja. Ibarat saya yang tinggal di Denpasar ingin menuju Jakarta, saya sedang transit di Surabaya. Denpasar kita sebut alam rahim, atau alam sebelum kita dilahirkan. Surabaya, marilah kita sebut dengan dunia. Dan Jakarta kita sebut dengan akhirat (surga atau neraka). Sewaktu kita di Surabaya inilah tiket penerbangan lanjutan yang akan menentukan, apakah kita akan sampai di Jakarta dengan selamat atau celaka. Secara sederhana, kalau perilaku yang kita tunjukkan selama di Surabaya (dunia) adalah perilaku yang baik, taat dan mematuhi segala undang-undang kota Surabaya (Allah SWT), maka peluang kita selamat akan besar.

Sebaliknya, kalau perilaku kita selama di Surabaya adalah perilaku yang menyimpang, tidak sopan alias kasar, suka berbuat onar, maka bisa dipastikan kita akan celaka sampai di Jakarta. Tempat akhir tujuan kita, yaitu Jakarta (oleh karena itu disebut akhir-at), memang adalah keniscayaan, atau memang ada. Namun, yang masih menjadi perdebatan, baik itu dikalangan muslim ataupun non-muslim, apakah keberadaan surga dan neraka itu bersifat kekal. Apakah surga dan neraka itu bersifat sementara, atau selamanya. Atau, apakah ketika seorang muslim (walaupun kenyataannya selama hidup neraca dosa dan pahalanya lebih besar dosanya), pasti akan masuk surga walaupun sempat mencicipi neraka dahulu?

Selintas, kalimat terakhir diatas sangatlah menggiurkan: Bayangkan, cukup menjadi muslim, walaupun nantinya jalan kehidupannya sama sekali jauh dari tuntunan untuk orang muslim, pasti akan masuk surga. Memang sih, akan mampir neraka, tapi kan sebentar aja. Paling cuma semalam. Setelah itu, lanjut deh ke surga untuk selamanya. Enteng kalau gitu, maksiat saja terus ahh..

Begitu mungkin gambaran pemikiran orang model pengganggap enteng syariat. Taruhlah memang di neraka memang mampir sebentar, tapi kata sebentar itu relatif, atau tidak pasti. Sebentar di neraka itu bisa semalam saja, sebulan, setahun, seratus tahun, atau mungkin bisa seribu tahun! Bagaimana kalau ternyata sepuluh ribu tahun?? Ingat, di surga kita akan selamanya. Yang namanya selamanya, itu artinya tidak akan berakhir. Maka, pengertian 'sebentar' di neraka itu sangat relatif, kemungkinan lamanya seperti yang telah disebutkan diatas.

Lantas, walaupun cuma sebentar di neraka, apakah kita akan kuat menerima siksanya? Di neraka, dipermulaannya kita akan dipakaikan sebuah alas kaki. Bukan sembarang alas kaki. Karena saking panasnya, begitu kita memakainya, otak yang ada dikepala kita akan langsung mendidih dan pecah berhamburan! Itu otak yang letaknya paling jauh dari kaki. Bagaimana dengan jemari kaki kita? Kemaluan kita? Usus, perut atau jantung kita? Ah, pastinya akan rusak lebih parah lagi. Kemudian kulit tubuh kita akan dibakar (mungkin dengan cara digoreng!). Seketika seluruh tubuh yang ditutupi kulit itu akan hancur berantakan.

Ingat, di neraka, bahan bakar utamanya adalah manusia dan batu. Jadi, salah satu bahan bakar utama untuk membakar kita adalah diri kita sendiri. Begitu seterusnya siksaan itu, barang sebentar saja (bisa semalam, sebulan, setahun, seratus tahun, atau mungkin seribu tahun.

Kalau sudah begini, apakah kita akan tetap nekat beranggapan dan terus berdebat bahwa neraka itu bersifat sementara? Rasa-rasanya, tidak ada bedanya apakah itu bersifat sementara (sebentar) atau selamanya (kekal). Soalnya, sakitnya juga tidak ada bedanya! Oleh karena itu, fokus kita adalah, bagaimana caranya supaya kita tidak berurusan dengan neraka. Atau, selalu yakinlah bahwa sekali orang diceburkan ke neraka, dia akan kekal selamanya. Titik.

Bagaimana caranya? Dengan selalu menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah SWT. Menjalankan semua perintahnya. Menjauhi semua larangannya. Sesederhana itu. Berbaik-baiklah kepada sesama manusia. Tidak usah mencari musuh. Jangan pernah menyakiti alam ini, berikut segala isinya (termasuk sesama manusia). Kalau kita sudah selalu berada di rambu-rambu yang telah ditetapkan Allah SWT, insyaAllah surga yang akan kita dapatkan. Amin.

1 komentar: